Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi
mengatakan, “Aku menemui Umar bin Abdul Aziz ketika ia telah menjadi khilifah.
Tubuhnya kurus dan warna kulitnya pucat. Padahal setahuku, ketika ia menjadi
pemimpin kami di Madinah dulu, tubuhnya bagus dan cukup gemuk. Lantas, aku
memandangnya lekat-lekat, hampir aku tidak berkedip. Maka, ia bertanya, ‘Wahai
Ibnu Ka’ab, kenapa engkau memandangku seolah-olah engkau belum pernah
melihatku?’ ‘Aku heran dengan Anda,’ jawabku. Ia bertanya lagi, ‘Apa yang
engkau herankan?’ ‘Tubuh Anda yang kurus dan warna kulit Anda yang pucat,’
jawabku. Ia pun berkata, ‘Andai engkau melihatku di dalam kubur setelah tiga
hari dimakamkan, ketika mataku meleleh hingga menyentuh tulang pipiku, hidung
dan mulutku dipenuhi ulat dan nanah, pasti engkau lebih tak percaya ketimbang
hari ini’.” Seolah-olah Umar bin Abdul Aziz ingin menggambarkan apa yang
dialami mayat pada tiga hari pertama di dalam kubur seperti perubahan fisik dan
digerogotinya tubuh oleh pasukan larva.
Ilmu kedokteran telah mampu
mendeteksi proses-proses pembusukan mayat (degradasi organisme) di dalam
kubur, sejak ruh meninggalkan tubuh hingga tubuh berubah menjadi gas, cairan,
dan amonia. Namun, mata kita akan terbelalakkan menyaksikan keagungan Allah
Ta'ala yang ditetapkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Secara runtut, buku
memaparkan bagaimana tentara Allah yang bernama mikroba ini menjalankan tugas
super besar, meski bentuk mereka super kecil, dalam membusukkan jasad manusia.
Namun, di hadapan jasad syuhada, seakan-akan tentara tak kasat mata ini
bertekuk lutut, atas ijin Allah, tak mampu berbuat apa-apa. Jasad mereka tetap
utuh dan segar bugar, meski telah berpuluh-puluh tahun terkubur di tanah. Allahu
akbar, jasad mereka tak membusuk.